Salah satu gempa yang merusak dalam catatan sejarah adalah gempa yang
terjadi di Kobe (Hanshin), Jepang. Gempa ini terjadi pada tanggal 7 Januari 1995 pukul 05:46 (JST). Meskipun
magnitudonya hanya 6.9 SR, namun gempa ini berlokasi di kedalaman 18 km
di barat daya kota Kobe, tepatnya di Selat Akashi yang memisahkan pulau
Honshu dan pulau Shikoku (Awaji Island). Korban yang tercatat USGS
antara lain 5502 kematian dan 36.896 luka2. Banyaknya korban juga
disebabkan oleh terjadinya pemadaman listrik, semburan api dan air serta
tekanan bangunan terhadap tanah.
Gambar. Lokasi Gempa Kobe 1995 (Sumber: USGS)
Lokasi | 135.018°E, 34.583°N |
Kedalaman Fokus | 17.6 km |
Waktu Kejadian | 17 Januari 1995, 20.46 UTC |
Magnitudo | 6.9 |
Intensitas | Shindo 7 |
Mekanisme Sesar | Sesar geser (Dextral) |
Tsunami | - |
Jumlah Kematian | 5,502–6,434 meninggal 36,896–43,792 luka |
Sumber: Wikipedia
Jepang merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Laut Filipina dan lempeng Pasifik. Gempa Kobe sendiri terjadi
akibat penunjaman lempeng Laut Filipina terhadap lempeng Eurasia (Palung
Nankai). Sesar yang bergerak akibat gempa tersebut adalah sesar Nojima
(Awaji Island), yang menunjukkan pergerakan geser ke kanan (right-lateral strike-slip) sepanjang 9 km dengan besar pergeseran 1,2 - 1,5 m.
Gambar. Kiri: Perbatasan lempeng di sekitar Jepang (Sumber: https://sites.google.com/site/thehumanitiesempanadas2/management-of-earthquakes-in-japan)
Kanan: Sesar menganan Nojima yang ditunjukkan akibat gempa Kobe (Sumber: https://home.hiroshima-u.ac.jp/kojiok/nojimaeq.htm)
Kemudian,
batuan yang berada di bawah permukaan daerah sekitar Kobe merupakan
sedimen aluvial yang mengandung fluida. Meskipun bangunan di Jepang
sudah memenuhi standar Building Code, namun akibat batuan bawah
tanahnya yang lunak, bangunan-bangunan di Jepang mengalami keruntuhan akibat
likuifaksi (infiltrasi cairan dalam tanah sehingga menyebabkan batuan
menjadi lunak, sehingga fondasi bangunan tidak kuat menopang, akibatnya
batuan tertarik ke dalam tanah).
Misal dari cross section dibawah, dari seismisitas yang diperoleh dari mainshock dan aftershock
mulai dari magnitudo 1.5 dari sesar Nojima (A) hingga sesar Suwayama (B).
Poisson' ratio (rasio gelombang P dan S yang menunjukkan batuan semakin
rigid apabila angka Poisson' ratio nya makin kecil) berwarna kuning
menunjukkan harga yang semakin besar. Lokasi sekitar hiposenter
(bintang) menunjukkan angka Poisson' ratio yang besar, artinya bahwa
daerah tersebut banyak mengandung fluida.
Gambar. Cross section gempa Kobe 1995 (Zhao et al, 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar